Friday, September 28, 2012

Herman Hendrawan - Petrus Bima Anugerah

Where are you, brother?

Kamis (27/9), setelah diskusi lesehan di gapol, ada acara BEM yang cukup menarik perhatian saya, yaitu peringatan 2 mahasiswa FISIP Unair yang hilang 14 tahun lalu. Acara ini berlangsung di depan parkiran motor FISIP unair-tandon FIB. Acara diisi dengan orasi dan teatrikal oleh mahasiswa, budayawan, dan IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang). Siapa sih 2 mahasiswa FISIP yang hilang ini?

Mereka adalah Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah. Herman Hendrawan adalah senior saya di politik. Dia mahasiswa Ilmu Politik angkatan 1990 yang juga merupakan aktivis 1998. Dari cerita-cerita yang saya dengar, Herman adalah mahasiswa yang cerdas, berani, dan tegas baik didalam maupun diluar kelas. Dia menghilang. Kabarnya, dia diculik tanggal 12 Maret 1998. Sedangkan Petrus Bima Anugerah adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 1993 yang pada tahun 1997 pamit akan pindah kuliah ke Jakarta. Dia diculik akhir Mei 1998 di Jakarta. Dia juga aktivis pro-demokrasi seperti Herman Hendrawan. Mereka berdua ini adalah anggota SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) yang berhubungan dengan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Partai yang memang dikenal sangat vokal dalam mengecam pemerintahan Soeharto.

Tahun 1998 adalah tahun yang sangat bersejarah dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Tahun penuh perjuangan. Tahun yang telah melahirkan demokrasi seperti saat ini. Ya, yang kita nikmati. Seringkali kita melupakan bagaimana bisa Indonesia yang dulu sangat dikuasai oleh Soeharto dengan segala aturan yang membelenggu kebebasan sekarang bisa sebebas ini. Dibalik runtuhnya orde baru... di balik reformasi yang kita nikmati ini... ada kasus yang hingga kini belum tuntas penyelesaiannya. Penculikan aktivis.

Sebenarnya, aktivis 1998 yang hilang bukan hanya mereka. Totalnya ada 14 orang. Satu orang sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan luka tusuk. Dulu saat masih hitungan hari saya kuliah di Unair, saya pernah ikut diskusi malam yang membicarakan tentang 13 aktivis yang hilang ini. Mereka adalah Wijhi Tukul, Deddy Hamdun, Sonny, Yani Afri, Hendra Hambali, Abdun Nasser, Yadin Muhidin, Ismail, Suyat, Ucok Munandar Siahaan, Noval Al Katiri, Herman Hendrawan, dan Petrus Bima Anugerah. Bagaimana nasib mereka? Masih hidupkah? Atau....

Dari selebaran yang saya baca, Komnas HAM menyebutkan bahwa pelaku kasus ini adalah anggota TNI dan Polri. Kasus ini juga telah memenuhi pelanggaran HAM berat dan layak dibentuk pengadilan HAM ad-hoc. Sidang paripurna DPR-RI (28/9/2009) pun memberikan rekomendasi laporan Komnas HAM ini ke presiden. Tapi hingga kini masih belum ada respon apalagi langkah nyata dari presiden atau pemerintah untuk menuntaskan kasus ini. Sudah 3 tahun berlalu. Sudah 14 tahun mereka hilang.





Katanya Indonesia adalah negara hukum. Tapi kok kasus seperti ini dibiarkan berlarut-larut hingga kini? Kok sangat tidak menghargai arti dari nyawa warga negaranya? Tidak sekedar warga negara. Tapi juga orang yang menggiring Indonesia ke arah yang lebih baik. Ya, contohnya kasus 13 orang ini. Adalagi kasus Munir, aktivis HAM, yang diracun dalam perjalanan ke Belanda.

Dimanapun kalian, saudaraku, kalian harus tahu bahwa perjuangan kalian tidak sia-sia. Soeharto sudah jatuh. Orde baru telah berganti reformasi. Tapi negara kita masih sakit. Saya tidak punya keberanian seperti kalian untuk menyembuhkannya...

Nama kalian melegenda. Saya bangga menjadi mahasiswa FISIP Unair. Kampus yang menjadi saksi perjuangan kalian bersama rekan-rekan lainnya. Perjuangan untuk reformasi juga lahir disini melalui keberanian kalian yang mengagumkan.

Yeah, the case isn't over yet...

@Almasjafrina

No comments:

Post a Comment