Almas Sjafrina
Film, Coffee, and Shoes' Lover!
Wednesday, March 13, 2013
Friday, October 5, 2012
Friday, September 28, 2012
I/A/L/F
Herman Hendrawan - Petrus Bima Anugerah
Where are you, brother?
Kamis (27/9), setelah diskusi lesehan di gapol, ada acara BEM yang cukup menarik perhatian saya, yaitu peringatan 2 mahasiswa FISIP Unair yang hilang 14 tahun lalu. Acara ini berlangsung di depan parkiran motor FISIP unair-tandon FIB. Acara diisi dengan orasi dan teatrikal oleh mahasiswa, budayawan, dan IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang). Siapa sih 2 mahasiswa FISIP yang hilang ini?
Mereka adalah Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah. Herman Hendrawan adalah senior saya di politik. Dia mahasiswa Ilmu Politik angkatan 1990 yang juga merupakan aktivis 1998. Dari cerita-cerita yang saya dengar, Herman adalah mahasiswa yang cerdas, berani, dan tegas baik didalam maupun diluar kelas. Dia menghilang. Kabarnya, dia diculik tanggal 12 Maret 1998. Sedangkan Petrus Bima Anugerah adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 1993 yang pada tahun 1997 pamit akan pindah kuliah ke Jakarta. Dia diculik akhir Mei 1998 di Jakarta. Dia juga aktivis pro-demokrasi seperti Herman Hendrawan. Mereka berdua ini adalah anggota SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) yang berhubungan dengan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Partai yang memang dikenal sangat vokal dalam mengecam pemerintahan Soeharto.
Tahun 1998 adalah tahun yang sangat bersejarah dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Tahun penuh perjuangan. Tahun yang telah melahirkan demokrasi seperti saat ini. Ya, yang kita nikmati. Seringkali kita melupakan bagaimana bisa Indonesia yang dulu sangat dikuasai oleh Soeharto dengan segala aturan yang membelenggu kebebasan sekarang bisa sebebas ini. Dibalik runtuhnya orde baru... di balik reformasi yang kita nikmati ini... ada kasus yang hingga kini belum tuntas penyelesaiannya. Penculikan aktivis.
Sebenarnya, aktivis 1998 yang hilang bukan hanya mereka. Totalnya ada 14 orang. Satu orang sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan luka tusuk. Dulu saat masih hitungan hari saya kuliah di Unair, saya pernah ikut diskusi malam yang membicarakan tentang 13 aktivis yang hilang ini. Mereka adalah Wijhi Tukul, Deddy Hamdun, Sonny, Yani Afri, Hendra Hambali, Abdun Nasser, Yadin Muhidin, Ismail, Suyat, Ucok Munandar Siahaan, Noval Al Katiri, Herman Hendrawan, dan Petrus Bima Anugerah. Bagaimana nasib mereka? Masih hidupkah? Atau....
Dari selebaran yang saya baca, Komnas HAM menyebutkan bahwa pelaku kasus ini adalah anggota TNI dan Polri. Kasus ini juga telah memenuhi pelanggaran HAM berat dan layak dibentuk pengadilan HAM ad-hoc. Sidang paripurna DPR-RI (28/9/2009) pun memberikan rekomendasi laporan Komnas HAM ini ke presiden. Tapi hingga kini masih belum ada respon apalagi langkah nyata dari presiden atau pemerintah untuk menuntaskan kasus ini. Sudah 3 tahun berlalu. Sudah 14 tahun mereka hilang.
Katanya Indonesia adalah negara hukum. Tapi kok kasus seperti ini dibiarkan berlarut-larut hingga kini? Kok sangat tidak menghargai arti dari nyawa warga negaranya? Tidak sekedar warga negara. Tapi juga orang yang menggiring Indonesia ke arah yang lebih baik. Ya, contohnya kasus 13 orang ini. Adalagi kasus Munir, aktivis HAM, yang diracun dalam perjalanan ke Belanda.
Dimanapun kalian, saudaraku, kalian harus tahu bahwa perjuangan kalian tidak sia-sia. Soeharto sudah jatuh. Orde baru telah berganti reformasi. Tapi negara kita masih sakit. Saya tidak punya keberanian seperti kalian untuk menyembuhkannya...
Nama kalian melegenda. Saya bangga menjadi mahasiswa FISIP Unair. Kampus yang menjadi saksi perjuangan kalian bersama rekan-rekan lainnya. Perjuangan untuk reformasi juga lahir disini melalui keberanian kalian yang mengagumkan.
Yeah, the case isn't over yet...
@Almasjafrina
Kamis (27/9), setelah diskusi lesehan di gapol, ada acara BEM yang cukup menarik perhatian saya, yaitu peringatan 2 mahasiswa FISIP Unair yang hilang 14 tahun lalu. Acara ini berlangsung di depan parkiran motor FISIP unair-tandon FIB. Acara diisi dengan orasi dan teatrikal oleh mahasiswa, budayawan, dan IKOHI (Ikatan Keluarga Orang Hilang). Siapa sih 2 mahasiswa FISIP yang hilang ini?
Mereka adalah Herman Hendrawan dan Petrus Bima Anugerah. Herman Hendrawan adalah senior saya di politik. Dia mahasiswa Ilmu Politik angkatan 1990 yang juga merupakan aktivis 1998. Dari cerita-cerita yang saya dengar, Herman adalah mahasiswa yang cerdas, berani, dan tegas baik didalam maupun diluar kelas. Dia menghilang. Kabarnya, dia diculik tanggal 12 Maret 1998. Sedangkan Petrus Bima Anugerah adalah mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 1993 yang pada tahun 1997 pamit akan pindah kuliah ke Jakarta. Dia diculik akhir Mei 1998 di Jakarta. Dia juga aktivis pro-demokrasi seperti Herman Hendrawan. Mereka berdua ini adalah anggota SMID (Solidaritas Mahasiswa Indonesia untuk Demokrasi) yang berhubungan dengan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Partai yang memang dikenal sangat vokal dalam mengecam pemerintahan Soeharto.
Tahun 1998 adalah tahun yang sangat bersejarah dalam perjalanan demokrasi Indonesia. Tahun penuh perjuangan. Tahun yang telah melahirkan demokrasi seperti saat ini. Ya, yang kita nikmati. Seringkali kita melupakan bagaimana bisa Indonesia yang dulu sangat dikuasai oleh Soeharto dengan segala aturan yang membelenggu kebebasan sekarang bisa sebebas ini. Dibalik runtuhnya orde baru... di balik reformasi yang kita nikmati ini... ada kasus yang hingga kini belum tuntas penyelesaiannya. Penculikan aktivis.
Sebenarnya, aktivis 1998 yang hilang bukan hanya mereka. Totalnya ada 14 orang. Satu orang sudah ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa dengan luka tusuk. Dulu saat masih hitungan hari saya kuliah di Unair, saya pernah ikut diskusi malam yang membicarakan tentang 13 aktivis yang hilang ini. Mereka adalah Wijhi Tukul, Deddy Hamdun, Sonny, Yani Afri, Hendra Hambali, Abdun Nasser, Yadin Muhidin, Ismail, Suyat, Ucok Munandar Siahaan, Noval Al Katiri, Herman Hendrawan, dan Petrus Bima Anugerah. Bagaimana nasib mereka? Masih hidupkah? Atau....
Dari selebaran yang saya baca, Komnas HAM menyebutkan bahwa pelaku kasus ini adalah anggota TNI dan Polri. Kasus ini juga telah memenuhi pelanggaran HAM berat dan layak dibentuk pengadilan HAM ad-hoc. Sidang paripurna DPR-RI (28/9/2009) pun memberikan rekomendasi laporan Komnas HAM ini ke presiden. Tapi hingga kini masih belum ada respon apalagi langkah nyata dari presiden atau pemerintah untuk menuntaskan kasus ini. Sudah 3 tahun berlalu. Sudah 14 tahun mereka hilang.
Katanya Indonesia adalah negara hukum. Tapi kok kasus seperti ini dibiarkan berlarut-larut hingga kini? Kok sangat tidak menghargai arti dari nyawa warga negaranya? Tidak sekedar warga negara. Tapi juga orang yang menggiring Indonesia ke arah yang lebih baik. Ya, contohnya kasus 13 orang ini. Adalagi kasus Munir, aktivis HAM, yang diracun dalam perjalanan ke Belanda.
Dimanapun kalian, saudaraku, kalian harus tahu bahwa perjuangan kalian tidak sia-sia. Soeharto sudah jatuh. Orde baru telah berganti reformasi. Tapi negara kita masih sakit. Saya tidak punya keberanian seperti kalian untuk menyembuhkannya...
Nama kalian melegenda. Saya bangga menjadi mahasiswa FISIP Unair. Kampus yang menjadi saksi perjuangan kalian bersama rekan-rekan lainnya. Perjuangan untuk reformasi juga lahir disini melalui keberanian kalian yang mengagumkan.
Yeah, the case isn't over yet...
@Almasjafrina
Wednesday, July 4, 2012
Hampir Terlewatkan! APC!!!
Airlangga Politics Competition and Airlangga Politics Award
20 Mei 2012
Bawel, sok, dan perfectionis. Tiga kata itu cukup menggambarkan saya sebagai koord. acara di APC. Untuk 20 Mei ini, saya malamnya hanya tidur satu jam saja. Terus? |
Walaupun gak jelas, saya suka sekali sama foto ini. Ekspresi mereka lepas mewakili perasaan crew APC yang sudah kerja keras selama hampir tiga bulan dan hasilnya benar-benar memuaskan. |
Beberapa anak acara yang benar-benar bisa saya andalkan dan saya repotkan untuk APC. |
Monday, July 2, 2012
Bandung - AIPI
Bandung, 24-25 Mei 2012
Berawal dari ajakan beberapa rekan politik terkait akan diselenggarakannya seminar nasional Evaluasi Kritis Reformasi di Birokrasi Indonesia oleh Asosiasi Ilmu Politik Indonesia (AIPI), saya mendapat banyak pengalaman menyenangkan di Bandung. Ini adalah kali ketiga saya ke Bandung. Selain saya, perwakilan dari politik ada Mas Dio, Rossy, Taufik, Nesiawan, Tya, dan Ichan. Di kereta kami bertemu dengan Mas Galang, politik angkatan 2007, yang sekarang sedang menempuh S2 di Unair. Jadi, total kami berdelapan. Dosennya ada Pak Priyatmoko, Ibu Dwi, Pak Ucu, dan satu dosen perwakilan dari Administrasi Negara, yaitu Pak Gitadi.
Kami menginap di tempat kenalan Papanya Taufik di daerah Dago Asri Residence. Tempat seminarnya di Gedung Merdeka. Lumayan jauh sih... kami harus naik angkot dan jalan kaki. Diluar dugaan saya, ternyata seminarnya tidak begitu ramai. Yang hadir kebanyakan dosen atau mahasiswa S2. Tapi pembicaranya benar-benar top! Awal sih ya diisi sambutan-sambutan seperti dari ketua panitianya, ketua AIPI, dan perwakilan gubernur Jawa Barat. Terus ada juga sambutan dari Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi dan dilanjutkan sama presentasi makalah-makalah. Pemakalahnya keren-keren. Ada Sofian Efendi (Guru besar UGM), Irfan Ridwan Maksum (Guru besar UI), dll.
Malamnya, kami diundang makan malam di gedung sate bersama Gubernur Jawa Barat. Langka banget deh. Beliau welcome banget sama diselenggarakannya AIPI di Bandung. Atau emang semua tuan rumah pasti begitu ya? -_-
Besoknya, seminar hari kedua. Pengisinya perwakilan dari Gubernur Jawa Barat dan Wali Kota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini. Presentasi Ibu Risma tentang reformasi dan perubahan di Surabaya memukau banget. Beliau beberapa kali dapat tepuk tangan dan pernyataan dukungan Ibu Risma maju jadi presiden. Haha! Pertanyaan juga banyak yang ditujukan ke Ibu Risma. Saya sempat menanyakan dua hal. Yang pertama, tentang pembangunan mall di Surabaya yang banyak sekali sampai-sampai ada image baru, Surabaya Kota Mall. Itu positif gak? Bukannya bikin masyarakat tambah konsumtif dan menyempitkan peluang pengusaha-pengusaha kecil? Yang kedua tentang isu penurunan Ibu Risma oleh DPRD Surabaya. Tapi peranyaan yang pertama belum Ibu Risma jawab karena lupa dan waktunya mepet.
Setelah acara, saya duduk di sebelah Ibu Risma dan beliau minta maaf belum sempat jawab tadi. Baik banget :D bahkan saya dipersilahkan main langsung ke kantornya dan kalau mau sharing-sharing, nanti beliau agendakan. Hehe...
Mas Galang, Nesiawan, Ichan, Ibu Tri Risma (Wali Kota Surabaya), Tya, saya, dan Taufik |
Mas Dio, Rossy, Nesiawan, saya, Ichan, Bapak Ahmad Heryawan (Gubernur Jawa Barat), Tia, Mas Galang, dan Taufik |
Ini yang seru nih. Hampir sama seperti waktu ke Bandung bareng sama Ridho, Mas Dio ngajakin belanja mepet. Padahal, kereta kita berangkat dua jam lagi. Haha... dasar shopping man. Persis deh sama Ridho. Akhirnya sempat juga sih belanja sebentar di distro sekitar BIP.
Sampai di Surabaya, saya, Mas Dio, dan Tya bukannya istirahat tapi harus ngelanjutin perjalanan ke Jombang buat PKL Masalah Kemiskinan selama dua hari. Capek!
Tya, Mas Dio, dan saya di Desa Bareng Jombang |
@Almasjafrina
Thursday, June 28, 2012
Subscribe to:
Posts (Atom)